Senin, 13 Agustus 2018 0 komentar

Sahabat Keluarga: Dampingi Pendidikan Anak Generasi Z


Generasi Z, sebutan untuk adik generasi milenial, generasi yang lahir pada tahun 1995 dan seterusnya. Generasi yang saat ini harus kita dampingi pendidikannya agar menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. Keluarga tentu menjadi gerbang pendidikan pertama dan utama bagi generasi Z selain pendidikan formal di sekolah. Keluarga sudah semestinya menjadi tempat berkumpul yang hangat bagi setiap anggota keluarga setelah seharian beraktivitas di luar rumah, tempat mendidik anak untuk membentuk karakter anak.

Dalam salah satu tema pembelajaran di Sekolah Dasar, diajarkan tanggungjawab dan hak masing-masing anggota keluarga, apa yang harus dilakukan ayah, ibu dan anak-anak. Namun, praktiknya terkadang orang tua cenderung tidak sabar ketika anak menyelesaikan tanggungjawabnya. Misalnya, anak memiliki tanggungjawab mencuci piring. Namun karena tidak cepat diselesaikan atau lama dan kurang bersih, orang tua memilih untuk mengambil alih dalam menyelesaikan tanggungjawabnya. Begitu seterusnya, sehingga anak tidak mengalami proses ‘susah’ dalam menyelesaikan tanggungjawabnya karena diselesaikan orang tua. Sehingga, akhirnya anak menjadi generasi yang instan dan serba mudah. Tidak dipungkiri generasi Z bisa dikatakan juga sebagai generasi instan, karena gadget, semua informasi apa pun ada digenggamannya, namun anak tetap harus melalui sebuah 'proses' kehidupan.

Orang tua jaman now harus melek gadget, untuk memantau pemanfaatan gadget generasi Z.  Orang tua tidak bisa lagi memakai cara jadul dengan melarang anak cukup usia untuk tidak memanfaatkan gadget karena mereka memang hidup di era digital. Orang tua harus tau dan mau belajar media informasi yang digunakan anak. Anak pakai whatsapp, orang tua harus bisa, membuat grup WA keluarga dapat membantu orang tua memantau kabar anak. Berteman dengan anak di sosial media seperti Facebook atau instagram, dapat membantu orang tua dalam memantau kegiatan anak, orang tua dapat mengetahui siapa saja temannya, bahkan dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan anak dengan melihat status yang ditulisnya. Ya, orang tua sekarang dituntut untuk ikut menyelami dunia mereka sehingga dapat mendampingi pendidikannya.

Pendidikan budi pekerti, budaya sopan santun harus terus dibiasakan orang tua sejak dini dalam segala hal, sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitar maupun di media sosial.  Di rumah dan di lingkungan sekitar anak dibiasakan untuk bertutur kata yang santun dengan orang yang lebih tua maupun dengan teman sebayanya, sehingga di sekolah anak juga akan berlaku santun dengan guru dan temannya. Jika sudah demikian, tidak akan ada lagi kasus siswa memukul atau memaki gurunya atau bullying di sekolah karena siswa sudah dibiasakan santun di lingkungan keluarga. Sebaliknya, pembiasaan baik di sekolah pun perlu penguatan dari orang tua. Jadwal piket di sekolah dapat juga diterapkan dalam pengaturan tanggungjawab pekerjaan rumah. Seperti yang tertulis dalam salah satu artikel dalam laman sahabat keluarga bahwa dibutuhkan 3R untuk kemitraan sekolah dengan orangtua yakni Respect atau rasa hormat, Responsibility atau tanggung jawab, dan Relationship atau hubungan. Selengkapnya baca disini.

Dalam mendidik anak, butuh kesabaran ekstra karena hasilnya tidak dapat dilihat dalam hitungan hari. Cerita keluarga hebat dalam laman Sahabat Keluarga, menunjukkan perjuangan orang tua yang dikaruniai anak berkebutuhan khusus dalam mengasuh dan mendidik anaknya menjadi pengingat bagi orang tua dengan anak normal lebih sabar dalam menahan marah dalam mengasuh dan mendidik anak. Salah satunya cerita Effendi-Tasmaniar Antar Putranya yangLumpuh Tempuh S3 di Australia.

Pewujudan peran keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan di era kekinian khususnya untuk generasi Z perlu kerjasama dari berbagai pihak. Sudah banyak konten parenting di media sosial, tetapi tidak semua orang tua update ilmu parenting di media sosial.  Orang tua generasi Z perlu didampingi dan terus diingatkan dalam mendidik putra-putrinya. Dalam laman https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php  tersedia berbagai informasi mengenai berbagai artikel, kegiatan, dan diskusi pendidikan maupun parenting untuk usia dini, usia SD, usia SMA/SMK, dan lintas usia yang dapat mendampingi orang tua dalam mendidik anak. Misalnya, pada link PUSTAKAorangtua dapat mengakses berbagai sumber bacaan, seperti manfaat deteksi dini tumbuh kembang anak, mengasah kecerdasan di tiap usia, mindfull parenting, dan sebagainya.

Lalu, hal apa yang bisa kita lakukan dalam penyelenggaraan pendidikan di era kekinian? Yang bisa kita lakukan adalah menjadi SAHABAT KELUARGA …

SAyangi setiap anggota keluarga, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini berarti kita sebagai orang tua akan lebih sabar dalam melihat ‘proses’ anak dalam menyelesaikan tanggungjawabnya. Ada anak yang cukup sekali diberitahu dia sudah bisa melakukan, tetapi ada anak yang butuh arahan berulang kali mencapai ‘goals’nya. Membiarkan anak sementara dalam kesusahan, akan membantu anak lebih mandiri kedepannya.

HAdirkan fenomena atau kejadian yang sedang viral. Misalnya, aplikasi tik-tok, yang banyak dipakai remaja untuk berekspresi. Lalu jadikan fenomena atau kejadian itu sebagai bahan diskusi dengan anak. Minta pendapat anak bagaimana menurutnya aplikasi tersebut, dan berikan saran atau pendapat yang dapat membuat anak berpikir mengenai kegiatan yang positif dan bermanfaat. Orang tua juga dapat mengajak anak untuk studi kasus dari fenomena sosial atau yang sedang ‘in’, misalnya kasus bullying yang dialami siswa di suatu sekolah menyebabkan siswa tersebut sakit atau celaka, orang tua bertukar informasi dengan anak, apakah di kelasnya ada teman yang suka membully atau menjadi korban bullying, sehingga secara tidak langsung orang tua mengetahui dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kelas anak dan kedewasaan anak dalam menanggapi suatu masalah.

BAwa anak ke tempat anak-anak yang kurang beruntung dari dirinya. Bisa mengunjungi panti asuhan atau membawa anak ke komunitas anak jalanan, agar anak merasa bahwa dirinya jauh lebih beruntung dari anak-anak di panti asuhan atau anak jalanan. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berbagi kepada anak-anak yang kurang beruntung darinya dapat membuat anak dapat lebih bersyukur dengan dirinya dan keluarganya. Adapun manfaat berbagi pada anak dapat dibaca disini.

Tidak membandingkan anak dengan anak yang lain. “Si ini sudah bisa itu, kok kakak malah belum” atau sebaliknya, kalimat yang seringkali secara tidak sadar terucap ketika salah satu anak mampu menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu. Orang tua merasa dengan membandingkan anak dengan anak lain dapat membangun jiwa kompetisi anak sehingga anak tertantang dalam menyelasaikan suatu hal, namun beberapa penelitian menunjukkan bahaya atau efek negetif yang ditimbulkan dari membandingkan anak, seperti anak menjadi tidak percaya diri, mudah iri, stress, bahkan tidak menutup kemungkinan anak akan menjauhi orang tua karena merasa tidak dihargai.

KEnali karakter masing-masing anggota keluarga. Orang tua harus mengenal karakter masing-masing anak. Ada anak yang introvert, ada anak yang extrovert, atau keduanya ambievert, sehingga orang tua mengetahui perlakuan yang tepat dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua juga perlu mengamti karakter orang atau teman-teman di lingkungan sekitar anak karena karakter di lingkungan anak juga dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak.

LUAngkan waktu untuk keluarga. Gerakan 1821 adalah salah satu gerakan yang tepat dalam mendampingi pendidikan anak jaman sekarang. Puasa gadget selama 3 jam, mulai jam 18.00 s.d 21.00 melakukan 3B (Bermain, Belajar, dan Bicara). Selain itu, bagi orang tua yang bekerja, akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk meluangkan waktu bersama anak-anak. Orang tua dapat melakukan aktivitas bersama dengan anak, ayah dapat mengajak anak mencuci mobil, memasak bersama, berkebun atau berolahraga bersama, sambil bercerita kegiatan di sekolah. Membiasakan anak bercerita tentang kegiatannya di sekolah, dapat membuat anak terbuka dan terbiasa mengungkapkan perasaannya kepada orang tua, sehingga orang tua mudah mengenali anak.

Mendanpingi anak bermain
        Rancang proyek bersama keluarga. Orang tua dapat menawarkan proyek kepada anak atau membuat kesepakatan proyek yang akan dikerjakan, misalnya anak meminta celengan, dapat dijadikan sebagai proyek untuk membuat celengan dari kaleng biskuit bekas atau membuat mainan atau hiasan dari kardus bekas, atau membuat lukisan bersama. Guru di sekolah mungkin memberikan PR membuat kerajian tangan atau tugas yang harus diselesaikan di sekolah, hal ini juga dapat dijadikan sarana bagi orang tua untuk bekerjasama dalam mendampingi anak menyelesaikan tugas.

GAlakkan gerakan literasi. Orang tua mendampingi pendidikan anak sekaligus mendukung program gerakan literasi nasional, baik literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya dan kewargaan. Membacakan anak cerita atau dongeng sebelum tidur merupakan gerakan literasi sederhana di lingkungan keluarga, mengajak anak menabung di bank dapat membuat anak melek info tentang angka dan keuangan. Mendampingi anak dalam menggunakan gadgetnya dapat menghindari penyimpangan atau perilaku negatif dari berbagai konten yang ada di media sosial serta meminimalisir penyebaran berita hoaxMengajak anak ke situs budaya dan museum, serta mengajak anak melakukan percobaan sains sederhana adalah contoh kegiatan literasi yang dapat dilakukan bersama keluarga. 

Melakukan percobaan sains sederhana

Sahabat keluarga sayangi anggota keluarga
Sahabat keluarga motivasi anggota keluarga
Sahabat keluarga bukan sekedar gengsi
Sahabat keluarga beri kasih bukan imajinasi

#sahabatkeluarga
#selfreminder

Senin, 29 Agustus 2016 0 komentar

SMSBunda : Sahabat Ibu Hamil dan Mama Muda

Dalam diskusi  “Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi Melalui SMS Bunda, wakil ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Jawa Tengah Tuti Hendrawan mengatakan angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan di Provinsi Jateng dinilai sudah cukup mengkhawatirkan. Menurut catatan, sejak Januari-Mei 2016 ini sudah terjadi 251 kasus AKI di provinsi ini.
Dalam laman http://www.depkes.go.id disebutkan bahwa penyebab langsung terbanyak kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan hipertensi dalam kehamilan; penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh masalah neonatal seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), Asfiksia, Diare, dan Pneumonia, serta beberapa penyakit infeksi lainnya,  dimana penyakit infeksi tersebut dapat dicegah dengan imunisasi.
Sepenggal cerita…
 ‘Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, telah meninggal putra kembar kami, Hasan dan Husein, pada tanggal,,,’
Saya sungguh kaget ketika membaca sms dari teman kantor saya yang HPLnya 2 minggu lebih cepat dari saya, kemarin ia baru saja berpamitan untuk cuti. Dan pagi ini ada sms berita duka dari dia. Saya ingin sekali menelpon dan bertanya perihal penyebabnya, namun saya urungkan niat karena dia pasti sedang sibuk. Saya pun hanya mengirim sms, ikut berduka cita dan semoga ia dan keluarga diberi kesabaran. Jujur saya sempat khawatir, karena HPL saya sudah dekat dan takut jika terjadi apa-apa.
Seminggu kemudian, ternyata dia sudah masuk kerja. Saya yakin itu pilihannya untuk dapat segera ‘move on’ dari peristiwa yang sudah dilaluinya. Dia bercerita bahwa bayi kembarnya meninggal di dalam perut saat perjalanan ke rumah sakit karena air ketubannya sudah pecah dan habis. Beberapa hari sebelumnya ia pun merasa ada cairan yang keluar namun dia kira hanya keputihan biasa, dan ia juga tidak merasakan kontraksi. Periksa ke bidan juga tidak masalah katanya, bahkan sempat USG juga tidak tampak ada masalah. Pikiran saya pun bermacam-macam, kok bisa demikian? Bukankah jika di USG seharusnya dapat terlihat posisi janinnya? Bagaimana ketubannya? Bermasalah atau tidak? Sehingga bisa segera diatasi. Entahlah, Wallahu a’lam… semoga almarhum Hasan dan Husein jadi tabungan pahala untuk ayah ibunya di surga. Amin YRA.
Pengalaman teman saya itu, semoga dapat menjadi pengalaman bagi ibu hamil yang lain untuk lebih peka lagi terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama hamil dan konsultasi secara kritis kepada dokter kandungan maupun bidan terhadap kondisi kandungannya.

Kasus kematian ibu hamil dan bayi dalam kandungan maupun bayi baru lahir. Hal tersebut perlu diwaspadai dan segera mendapatkan perhatian dari pemerintah dan organisasi masyarakat. Namun, tanpa dukungan dari masyarakat sendiri pun program yang dicanangkan pemerintah dalam upaya menekan angka kematian ibu hamil dan bayi pun akan sia-sia.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil dan bayi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Jhpiego, GE Foundation, dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) meluncurkan SMS BUNDA. Ibu hamil dapat memperoleh informasi kesehatan secara berkala. Sebelumnya, ibu hamil harus mendaftarkan diri dengan mengetik SMS BUNDA ke 08118 469 468. Saat mendaftar, ibu hamil menyampaikan perkiraan tanggal bersalin dan kota/kabupaten dimana ia tinggal.


Provincial Team Leader Jhpiego, Hartanto Hardjono, mengatakan bahwa Ibu hamil akan dapat sms tentang informasi kesehatan ibu hamil. Nanti ibu-ibu akan diingatkan. Bunda waktunya pemeriksaan kesehatan yang kesekian. Jangan lupa tanyakan status tetanusnya. Setelah melahirkan juga akan ada SMS yang mengingatkan tentang imunisasi bayi, cara merawat anak yang tepat, dan lainnya. SMS BUNDA dapat dirasakan manfaatnya secara gratis selama seribu hari kehidupan atau sampai anak berusia dua tahun.
Waktu anak pertama belum ada program SMSBunda, di kehamilan yang ke dua ini saya pun tak mau ketinggalan memanfaatkan program SMSBunda, saya pun sudah mendaftar di SMSBunda, berikut balasan dari SMSBunda setelah kita kirim sms dengan format: REG <spasi> perkiraan tanggal lahir (hh/bb/tttt) <spasi> Kota/Kab, kemudian dikirim ke 08118469468.
Setelah mengirim sms pendaftaran maka akan mendapatkan sms balasan dan info seputar kehamilan.

Asyik kan!! Bagi ibu hamil dan menyusui, ayo maksimalkan penggunaan gadget dengan mendaftar di SMSBunda sehingga terus dapat memantau kesehatan bunda dan perkembangan janin sampai melahirkan dan sampai si kecil berusia 2 tahun. #SMSBunda memang sahabat ibu hamil dan mama muda.
Happy pregnant and lactating!!! ^_^


Sumber:

Jumat, 30 Oktober 2015 0 komentar

‘RSPO’ GOES TO CAMPUS



Apakah RSPO itu? Tak banyak orang yang mengerti atau tahu mengenai RSPO. Bahkan ketika pertanyaan ini saya lontarkan pada sejumlah mahasiswa, mereka pun masih asing dan mengaku tak pernah mendengar istilah ‘RSPO’. Termasuk saya sendiri pun baru tau mengenai RSPO, ketika ada lomba menulis ‘Beli yang baik dengan tema Sustainable Palm Oil, Gaya Hidup Konsumen Bijak’ ini. Saya pun mulai berselancar di google dan mencari informasi tentang RSPO. Dari beberapa web yang saya temukan, seperti http://indonesia.rspo.org/ dan http://www.rspo.org/, saya pun mulai mengetahui tentang RSPO. Dari beberapa referensi tulisan yang diberikan, terus terang saya merasa sedih menjadi pengajar mata kuliah IPA untuk mahasiswa calon guru SD, dimana didalamnya ada materi mengenai sumber daya alam dan ekosistem, saya tidak pernah menyinggung mengenai RSPO yang merupakan sebuah asosiasi yang berkaitan erat dengan konservasi sumber daya alam dan ekosistem.
Selama ini, yang kami diskusikan hanya sebatas teori materi mengenai sumber daya alam dan ekosistem dengan menganalisis secara sederhana bagaimana kondisi sumber daya alam dan ekosistem yang ada di dekat kita tanpa menengok lebih dalam mengenai masalah mengenai sumber daya alam dan ekosistem di negara kita. Berita mengenai pembantaian Orangutan ataupun Gajah Sumatera sekilas memang pernah kita dengar. Sesaat kita merasa prihatin dan kasihan terhadap satwa-satwa malang tersebut, namun akhirnya menguap begitu saja tanpa ada tindak lanjut dari diri sendiri untuk ikut menyelamatkan mereka.
Di lain sisi, untuk keperluan memasak, saya dan keluarga pun tak lepas dari minyak goreng, dan sangat disayangkan juga selama ini kami tak begitu memperhatikan ada tidaknya logo RSPO pada kemasan minyak goreng yang kami beli. Melalui lomba ini, saya pun akhirnya mencari minyak goreng yang berlogo RSPO di Carrefour pada salah satu mall di Semarang, Jawa Tengah, namun sayangnya saya tidak menemukan minyak goreng berlogo RSPO. Nah, apakah minyak goreng berlogo RSPO tersebut telah didistribusikan ke seluruh Carrefour di seluruh Indonesia? Jika, belum maka alangkah baiknya jika segera didistribukan, tidak hanya di Carrefour, namun juga bisa bekerja sama dengan toko waralaba lainya, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Jika sudah, maka informasi dimana dapat memperoleh produk berlogo RSPO ini pun dapat dirilis melalui web ataupun media sosial lainnya.  


Informasi mengenai konservasi sumber daya alam dan ekosistem, serta produk-produk berlogo RSPO ini juga perlu disebarluaskan, sehingga banyak orang yang mulai beralih membeli yang baik untuk kebaikan bersama. Sedikit demi sedikit semoga dapat membantu menyelamatkan Orangutan ataupun Gajah dari kepunahan. Berdasarkan data dari Indonesia Palm Oil Advocacy Team tahun 2010, ada 10 juta hektare lahan di Kalimantan yang merupakan “rumah” bagi orangutan telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, Forum Konservasi Gajah Indonesia dan staf pemerintah dari instansi terkait dalam sebuah lokakarya awal 2014, diperoleh angka sekitar 1.700 ekor gajah yang tersisa di seantero Sumatera. Padahal, perkiraan pada 2007, populasinya masih berkisar 2.400 – 2.800 individu. Fakta ini sungguh mencengangkan, dan butuh kepedulian dari kita semua untuk menyelamatkan satwa-satwa ini dari kepunahan.
RSPO Goes to Campus dapat menjadi salah satu alternatif untuk menginformasikan dan mengenalkan asosiasi ini kepada civitas akedemik, khususnya mahasiswa. Kenapa mahasiswa? Peran mahasiwa sebagai Agent of Change, nantinya diharapkan dapat membawa perubahan ke arah positif. Dengan sosialisasi dari RSPO mengenai sejarah, tujuan, dan visi misi RSPO, diharapkan mahasiswa dapat mendukung RSPO dengan melakukan perubahan kecil dengan menginformasikan tentang penggunaan minyak goreng berlogo RSPO di rumahnya ataupun masyarakat sekitar.
Selain itu, RSPO sebaiknya juga dapat segera me-launcing produk-produk berlogo RSPO selain minyak goreng, seperti yang dikatakan Putra Agung, Sustainable Palm Oil Program Manager WWF Indonesia yang menyebutkan bahwa minyak sawit dapat diolah menjadi 100 jenis produk turunan  mulai dari  makanan, kosmetik, minyak goreng, farmasi, bahan bakar sampai consumer goods. Namun, di Indonesia sendiri kita masih kesulitan mencari produk berlogo RSPO karena memang masih terbatas pada minyak goreng saja. Jika, kita dapat menghasilkan produk turunan  dari kelapa sawit melalui makanan, kosmetik, minyak goreng, farmasi, bahan bakar sampai consumer goods, dimana kita tahu bahwa produk-produk tersebut sering dan selalu digunakan masyarakat, secara tidak langsung kita sudah mengajak masyarakat untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan. Dengan demikian, kepunahan satwa maupun kerusakan ekosistem pada lahan perkebunan sawit pun dapat terhindarkan.
Semoga juga tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi saudara dan teman-teman semua. Mari membeli yang baik!

Referensi:
Minggu, 06 April 2014 0 komentar

Caleg perempuan: Saatnya beraksi ga cuma obral janji!

Menghitung hari…detik demi detik
Menunggu 9 April tuk tentukan pilihan…


Pemilu Legislatif (Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD) 9 April 2014 nanti sudah di depan mata, saatnya ikut bertanggung jawab atas kemajuan Indonesia di masa yang akan datang. Beberapa spanduk, baliho, stiker berisi nama, partai, nomor urut para calon legislatif sudah lama menghiasi jalan-jalan di perkotaan sampai pedesaan. Tak jarang foto para perempuan cantik dengan berbagai tampilan pun turut bertengger di barisan spanduk dan baliho para caleg. Ada yang masih muda dengan banyak gelar di belakang namanya, ada yang separuh baya tampak sangat keibuan dan bersahaja, dan ada yang tampak tua tapi masih sangat bersemangat. Hal itu tentu membuat saya sebagai sesama kaum perempuan merasa bangga dan takjub. Seleksi bertahap yang dilalui para caleg perempuan memberikan bukti awal bahwa para caleg perempuan ini mampu bersaing dengan caleg laki-laki. Saya pun berharap para caleg perempuan yang berhasil mendapatkan kursinya nanti dapat beraksi, memberi bukti, bukan hanya obral janji!

Selain bukti awal dari para caleg perempuan yang mampu bersaing dengan caleg lainnya, alasan lain “Kenapa pilih caleg perempuan?” yaitu:

Pertama, karena caleg perempuan adalah Kartini masa kini. Habis gelap terbitlah terang. Kerinduan yang mendalam terhadap perjuangan Kartini maupun pahlawan perempuan lainnya, tentu membuat kita rindu akan sosok Kartini masa kini. Sosok perempuan yang benar-benar mampu menyuarakan suara hati perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya. Perempuan yang mampu mengangkat keterpurukan perempuan Indonesia saat ini. Meski kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sudah lama didengungkan, namun tak sedikit perempuan yang masih terbelenggu dengan masalah pendidikan, pekerjaan, maupun rumah tangga.

Di bidang pendidikan, tak sedikit perempuan yang masih punya pemikiran bahwa tak seharusnya mereka mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi, toh nantinya jika sudah menikah mereka akan tinggal di rumah saja mengurus keluarga. Padahal, pendidikan bagi perempuan tidak hanya penting dalam pengembangan karier saja, tetapi juga penting untuk keluarga terutama anak-anaknya kelak. Dalam rumah tangga, pendidikan juga penting bagi perempuan untuk mendidik dan membentuk karakter anak-anaknya. Dengan pendidikan yang tinggi, perempuan dapat bekerja sehingga dapat memberi kontribusi dalam perekonomian keluarga.

Jika berhasil mendapatkan kursinya nanti, caleg perempuan memiliki kesempatan lebih untuk menyuarakan suara perempuan, membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi kaum perempuan. Caleg perempuan juga dapat memperjuangkan hak-hak wanita yang bekerja, seperti cuti hamil dan melahirkan agar si bayi (anak) juga mendapatkan haknya untuk mendapatkan ASI eksklusif yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Caleg perempuan juga dapat bekerjasama dengan ibu-ibu PKK di daerahnya untuk mengembangkan daerah/kotanya menjadi kota layak anak yang cinta damai dan jauh dari masalah KDRT.

Kedua, caleg perempuan adalah sarana pembersihan citra buruk perempuan. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Paribahasa tersebut, rasanya pas untuk menggambarkan citra perempuan Indonesia sekarang ini. Meski tidak semua citra buruk perempuan disebabkan karena masalah korupsi, namun kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa kaum perempuan yang memiliki jabatan penting di beberapa instansi dan parlemen membuat kita tentu merasa kecewa dan prihatin. Misalnya saja, pemberitaan kasus korupsi Angelina Sondakh dan Miranda Gultom yang sempat berhari-hari selalu menghiasi TV maupun media cetak. 

Saya pun bertanya dalam hati kenapa para perempuan yang seharusnya menjadi panutan bagi anak-anak mereka malah melakukan korupsi baik yang langsung ataupun tidak langsung karena membiarkan suami melakukan korupsi, entah benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Jika, sebagai pelaku korupsi langsung seharusnya perempuan lebih menggunakan perasaannya dan memikirkan efek yang ditimbulkan dari perbuatannya, bagaimana dengan keluarga dan anak-anaknya nanti? Jika suaminya yang terlibat, mengapa sebagai istri tidak mencegah dan mengingatkan suaminya dari awal untuk tidak melakukan tindakan korupsi? Bukankah nantinya juga akan berimbas pada dirinya, anak, serta keluarganya?

Sebenarnya banyak juga wanita yang memiliki jabatan penting dalam pemerintahan yang benar-benar mengemban tugasnya dengan baik. Sebut saja, Bu Risma, walikota Surabaya yang di daulat sebagai walikota terbaik di dunia. Perempuan yang menjalankan amanat yang diterimanya dengan sebaik-baiknya. Perempuan yang takut manakala ada warganya yang terlantar karena menurut beliau semua akan dimintai pertanggungjawaban di mata Tuhan. Jika semua pemimpin memiliki sikap dan idealisme seperti beliau, saya yakin kehidupan warga Indonesia pun semakin baik. Tidak ada lagi jurang pemisah yang begitu curam antara si kaya dan si miskin, tindak kejahatan berkurang dan kasus korupsi pun padam

Menurut saya, pemilu legislatif 9 April ini menjadi momentum yang tepat bagi para caleg perempuan untuk meneruskan perjuangan Kartini, mengeluarkan perempuan dari keterpurukan dan membawanya ke puncak kejayaan, serta membersihkan citra perempuan yang tercoreng akibat perilaku perempuan itu sendiri. Tapi, jangan sampai kita salah memilih karena melihat tampilan luarnya saja. Ingat Don’t judge a book under its cover! Salam Indonesia Jaya!

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog tentang Caleg Perempuan untuk Blogger Indonesia “KENAPA PILIH CALEG PEREMPUAN. (Panjang tulisan 4847 karakter tanpa spasi atau 5637 karakter dengan spasi)

Sumber:


Rabu, 12 Februari 2014 0 komentar

Kegiatan si kecil di sekolah

Sebelumnya saya kenalkan dulu dengan anak saya, namanya Devandra Zhafran Al Fikar, usianya saat pertama kali saya masukkan di tempat penitipan anak ini 18 bulan, alasan kenapa saya memilih TPA ini sudah saya bahas di postingan sebelumnya. Intinya ga cuma TPA aja, jadi kalau pagi, masuk kelas PAUD bareng kakak-kakak yang usianya setaun lebih tua dari dia. Setelah PAUD selesai baru kembali ke TPA-nya. Nah, ini dia kegiatan Devandra di sekolah....




















Masuk kelas, menari bersama kakak-kakak dan miss2 pengajar di PAUD. 


















Bergandeng tangan membuat lingkaran besar




















Capek menari dan loncat-loncat, tiduran dulu ^_^
























Masuk sentra bareng Alif dan Ken yang usianya hampir 3 tahun & serius banget liatin ikannya.
Hasil pancingannya di bawa ke rumah eyah ^_^
























Bobo' siang dulu...
























Pulaang,, girang banget kalo ayah sama mamanya udah jemput ^_^
Rabu, 22 Januari 2014 6 komentar

Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?

Berkenaan dengan tema Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?  yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Desa Mandiri Energi di www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya setuju karena sebenarnya bila kita masyarakat Indonesia lebih gencar dalam memanfaatkan berbagai energi alternatif yang ada di sekitar kita dan menjadikan desanya menjadi desa mandiri energi, tentu akan lebih mengemat BBM lebih banyak. Pembangunan desa dan diversifikasi energi  tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, perlu dukungan dan campur tangan berbagai pihak, pemerintah pusat, daerah, dan warga sekitar.

Tahun 2007, Grobogan, Jawa Tengah, menjadi tempat peluncuran Program DME (Desa Mandiri Energi) kemudian dilanjutkan desa-desa lainnya hingga akhir 2014 nanti ditargetkan terbentuk 3.000 DME. Meskipun persentasenya sangat kecil dibanding dengan 70ribu desa yang ada di Indonesia, namun apabila target itu tercapai maka akan sangat membantu dalam penghematan BBM dan pembangunan Indonesia yang lebih merata. Jika dilihat perkembangan DME dari tahun ke tahun cukup signifikan, tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Manfaat DME pun dirasa sangat menguntungkan bagi warga setempat. Misalnya, di desa Haur Ngombong, Sumedang, pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas sangat membantu warga setempat untuk memasak dan sebagainya. 

Sumber gambar disini

Lalu, mengapa pengembangan energi alternatif terkendala? Banyak faktor (kendala) yang mempengaruhi pengembangan energi alternatif, dalam hal ini saya rangkum dalam 4 K:
1.    Ketidaktahuan/keacuhan
Sekarang ini, masyarakat Indonesia (tidak semua) seperti terkena sindrom latah -baca: meniru-, ya liat saja, dari trend fashion sampai tayangan di TV. Saat Jepang, booming dengan gaya harajuku-nya, punk Indonesia pun bertebaran. Saat Korea, sedang heboh dengan joged Gangnam-nya, Indonesia juga ga mau kalah, ada goyang Cesar, goyang Jebret sampai goyang Bang Jali. Sayangnya, sindrom latah itu tidak berlaku di dunia pendidikan, maupun pemanfaatan energi alternatifnya. Coba saja, kalau di suruh goyang Cesar, pasti bisa! Kalau ditanya, bagaimana pemanfaatan energi alternatif di Indonesia? Pasti manyun! Manyun karena tidak tahu atau memang acuh. Ngapain mikirin energi alternatif segala, toh selama ini masih bisa beli BBM! Nah, pikiran yang seperti itulah yang menjadi kendala terbesar dalam pengembangan energi alternatif! Bagaimana bisa energi alternatif berkembang sementara pelaku SDM-nya sendiri, masih egois untuk terus memanfaatkan BBM semaksimal mungkin.

Seingat saya, sewaktu sekolah memang sudah dikenalkan, mana energi yang dapat diperbarui dan mana yang dapat diperbarui. Tetapi, untuk pemanfaatannya hanya dalam contoh, belum ada kegiatan aplikasi nyata dalam pengembangan energi alternatif. Karena itulah energi alternatif hanya tersimpan dalam memori jangka pendek yang menjadikan kita acuh terhadap sumber daya alam yang ada. Padahal, kita tidak bisa terus mengeksploitasi bahan bakar fosil yang lama-kelamaan semakin menipis. Sekolah dan perguruan tinggi menjadi sarana yang tepat untuk lebih menyadarkan generasi muda untuk lebih peduli terhadap pemanfaatan energi alternatif. Cinta lingkungan adalah salah satu nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah/PT. Dengan, mengajak siswa/mahasiswa melakukan aplikasi pemanfaatan energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai karakter cinta lingkungan pun dapat tertanam dalam diri generasi muda.

2.    Kurangnya sosialiasi
Saat ini, hampir setiap propinsi di Indonesia telah memiliki desa mandiri energi. Namun, sejauh mana masyarakat Indonesia mengetahui keberadaan DME tersebut? Saat ini keberadaan desa mandiri energi rupanya masih sebatas untuk kepentingan warga setempat saja, belum disosialisasikan secara luas. Jika sudah disosialisasikan pun, belum ada tindak lanjut. Contohnya saya, dari ratusan desa mandiri energi yang tersebar di Indonesia, paling saya hanya bisa menyebutkan tidak lebih dari 5 DME dan yang saya ketahui hanya DME yang memanfaatkan kotoran hewan untuk biogas saja. Padahal, DME berbasis biogas ini tidak hanya dari kotoran hewan saja, tetapi dari limbah/ampas tahu, ampas kelapa dan yang lain. Ada juga desa mandiri energi mikro hidro yaitu dengan memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada saluran irigasi, air terjun, ataupun sungai yang dibendung.

Artikel Listrik Bantar Gebang, benar-benar membuat saya heran, ternyata begitu banyak hal yang luput dari perhatian kita. Pengolahan sampah menjadi listrik, dan sisanya menjadi pupuk kompos. Seharusnya, pemerintah daerah lain mampu mencontoh untuk dikembangkan di daerahnya. Bukankah di setiap daerah -kota/desa- memiliki potensi sampah yang sangat besar? Tetapi, kenapa proyek sebagus ini tidak disosialisasikan dengan gencar? Saya rasa jika pemda setempat serius bekerjasama dengan warga untuk mengembangkan energi alternatif, maka target akhir 2014 muncul 3000 DME pun dapat terwujud bahkan terlampaui.

Sebelum saya lanjutkan, siapa yang tau ini?
Sumber gambar disini




















Atau ini ,,,

Sumber gambar disini

















Ya, semuanya tau, hafal semua personilnya dan lirik lagunya, sekarang ada yang tau ini?

Sumber gambar disini

















Yang ini, semua juga sudah tau, tetapi ada yang berbeda di Tempat Pembuangan Sampah (TPA) di Bantar Gebang ini, ada listrik di TPA tersebut.

Keberadaan DME saat ini, nampaknya masih belum terlihat secara luas di tengah masyarakat. Apalagi bagi generasi muda, DME masih kalah tenar dengan Coboy Junior, Cherry Belle, JKT 48 atau Smash. Katakanlah saya yang kuper, jadi saya ketinggalan sosialisasi mengenai DME ini. Adakah yang bisa memberitahu saya bagaimana cara mengusulkan suatu desa menjadi DME? Kebetulan desa tempat nenek saya dan desa asal suami berpotensi menjadi desa mandiri energi, dengan mayoritas penduduk sebagai peternak sapi, maka kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai biogas. Langkah apa yang harus saya lakukan untuk membantu membangun desa mandiri energi? Di daerah saya juga ada Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang cukup besar dan cukup jauh dari pemukiman. Langkah apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah TPA di daerah saya menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), seperti di Bantar Gebang?

Menurut saya, Kementrian ESDM perlu menyediakan website/call center khusus yang memberikan informasi dan melayani tanya jawab mengenai DME ini. Sehingga, warga, khususnya generasi muda yang berkeinginan memajukan desanya, dengan potensi SDA yang dimiliki, seperti peternakan, sungai, limbah tahu ataupun sampah dapat mengambil langkah. Warga atau generasi muda harus menyusun proposal kemudian diajukan ke pemda, atau hanya diam saja menunggu giliran dari pemerintah.  Ke depan mungkin desa mandiri energi bisa dijadikan tujuan karya wisata siswa/mahasiswa, sehingga membangun kepedulian generasi muda pada pemanfaatan energi alternatif.

3.    Kesiapan SDM
Hasil pengamatan saya, para generasi muda sekarang masih banyak yang memilih di zona aman. Lulus kuliah, cari kerja. Bukan menciptakan pekerjaan. Dapat dilihat di setiap event job fair tidak pernah sepi. Para generasi muda berbondong-bondong mengantri sambil membawa berkas lamaran. Ya, SDM kita belum siap jika harus bekerja diluar ruangan yang dingin, apalagi di desa. Orang kota tetap di kota, orang desa enggan balik ke desa. Alhasil, desa mandiri energi pun hanya mendapat sedikit perhatian dari mereka. Setelah melihat SDA yang ada di desa, pemerintah seharusnya juga melihat potensi SDM yang ada, para warga, terutama kaum muda dilatih dan diberdayakan semaksimal mungkin untuk mengembangkan DME di desanya sendiri ataupun di desa lainnya yang memiliki potensi SDA yang sama. Bila demikian, desa mandiri energi dapat menjadi peluang karir bagi generasi muda. Dengan keterampilan yang dimiliki generasi muda, apabila berhasil mengembangkan DME, maka ia akan dikirim untuk memberikan penyuluhan di desa lainnya untuk memunculkan DME yang lain.

Pemanfaatan energi alternatif dalam mewujudkan desa mandiri energi membutuhkan tekad yang besar dari semua pihak. Apalagi jika memilih nuklir sebagai energi alternatif maka ingat kembali ulasan dalam artikel Yang Masih Misteri di Nusantara, mengingatkan kita lagi bahwa Indonesia merupakan salah satu negeri cincin api dimana beberapa kawasan di Indonesia sangat berpotensi terjadi gempa. Oleh karena itu, perlu studi lanjut kawasan mana yang potensi gempanya minimal. Warga sekitar juga harus sudah dibekali dengan mitigasi bencana jika suatu hal yang tidak tidak diinginkan terjadi, sehingga bisa meminimalisir korban ataupun kerugian.

4.    Ketidakpercayaan
Dikecewakan berkali-kali, nampaknya membuat masyarakat trauma dan susah mengembalikan kepercayaan. Bencana Lapindo, mungkin masih terbayang di benak kita semua. Berapa kerugian yang dialami warga setempat dari bencana Lapindo tersebut? Langkah apa saja yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi dampak dari bencana Lapindo? Apakah cukup ganti rugi yang diberikan kepada korban dari perusahaan terkait? Sebagian besar masyarakat menilai bahwa belum ada perhatian khusus dari pemerintah untuk korban. Penanganan bencana belum tuntas, namun, beritanya lambat laun menghilang seiring merebaknya berita korupsi di TV maupun koran.

Berita kebocoran nuklir di Fukushima, Jepang, 2011 lalu rupanya masih hangat di telinga kita. Maklum saja, jika rencana pembangunan PLTN di beberapa daerah masih mengalami pro dan kontra dan semakin menambah ketidakpercayaan masyarakat mengenai kesiapan dalam pengembangan energi alternatif ini. Meski saya tahu manfaat energi nuklir yang begitu besar terhadap pasokan listrik nantinya, tetapi saya tetap masuk dalam kelompok kontra. Kenapa? Ngeri rasanya, bila membayangkan jika nanti terjadi gempa dan tragedi Fukushima terjadi di Indonesia, saya ragu pemerintah kita dapat dengan cepat dan tanggap mensterilkan daerah yang teradiasi dan melakukan tindakan preventif untuk mencegah kebocoran tangki nuklir. Di Jepang saja bisa bocor apalagi di Indonesia? Ya, lagi-lagi masalah ketidakpercayaan.

Itulah ulasan saya mengenai 4 K (Ketidaktahuan/keacuhan-Kurangnya sosialisasi-Kesiapan SDM-Ketidakpercayaan) yang dapat menjawab pertanyaan Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?  Semoga tulisan ini dapat memberikan pengalaman bagi kita semua dan semakin menumbuhkan kepedulian kita terhadap kemajuan bangsa ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Sumber:

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.




Diberdayakan oleh Blogger.
 
;