Rabu, 22 Januari 2014 6 komentar

Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?

Berkenaan dengan tema Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?  yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Desa Mandiri Energi di www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya setuju karena sebenarnya bila kita masyarakat Indonesia lebih gencar dalam memanfaatkan berbagai energi alternatif yang ada di sekitar kita dan menjadikan desanya menjadi desa mandiri energi, tentu akan lebih mengemat BBM lebih banyak. Pembangunan desa dan diversifikasi energi  tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu, perlu dukungan dan campur tangan berbagai pihak, pemerintah pusat, daerah, dan warga sekitar.

Tahun 2007, Grobogan, Jawa Tengah, menjadi tempat peluncuran Program DME (Desa Mandiri Energi) kemudian dilanjutkan desa-desa lainnya hingga akhir 2014 nanti ditargetkan terbentuk 3.000 DME. Meskipun persentasenya sangat kecil dibanding dengan 70ribu desa yang ada di Indonesia, namun apabila target itu tercapai maka akan sangat membantu dalam penghematan BBM dan pembangunan Indonesia yang lebih merata. Jika dilihat perkembangan DME dari tahun ke tahun cukup signifikan, tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Manfaat DME pun dirasa sangat menguntungkan bagi warga setempat. Misalnya, di desa Haur Ngombong, Sumedang, pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas sangat membantu warga setempat untuk memasak dan sebagainya. 

Sumber gambar disini

Lalu, mengapa pengembangan energi alternatif terkendala? Banyak faktor (kendala) yang mempengaruhi pengembangan energi alternatif, dalam hal ini saya rangkum dalam 4 K:
1.    Ketidaktahuan/keacuhan
Sekarang ini, masyarakat Indonesia (tidak semua) seperti terkena sindrom latah -baca: meniru-, ya liat saja, dari trend fashion sampai tayangan di TV. Saat Jepang, booming dengan gaya harajuku-nya, punk Indonesia pun bertebaran. Saat Korea, sedang heboh dengan joged Gangnam-nya, Indonesia juga ga mau kalah, ada goyang Cesar, goyang Jebret sampai goyang Bang Jali. Sayangnya, sindrom latah itu tidak berlaku di dunia pendidikan, maupun pemanfaatan energi alternatifnya. Coba saja, kalau di suruh goyang Cesar, pasti bisa! Kalau ditanya, bagaimana pemanfaatan energi alternatif di Indonesia? Pasti manyun! Manyun karena tidak tahu atau memang acuh. Ngapain mikirin energi alternatif segala, toh selama ini masih bisa beli BBM! Nah, pikiran yang seperti itulah yang menjadi kendala terbesar dalam pengembangan energi alternatif! Bagaimana bisa energi alternatif berkembang sementara pelaku SDM-nya sendiri, masih egois untuk terus memanfaatkan BBM semaksimal mungkin.

Seingat saya, sewaktu sekolah memang sudah dikenalkan, mana energi yang dapat diperbarui dan mana yang dapat diperbarui. Tetapi, untuk pemanfaatannya hanya dalam contoh, belum ada kegiatan aplikasi nyata dalam pengembangan energi alternatif. Karena itulah energi alternatif hanya tersimpan dalam memori jangka pendek yang menjadikan kita acuh terhadap sumber daya alam yang ada. Padahal, kita tidak bisa terus mengeksploitasi bahan bakar fosil yang lama-kelamaan semakin menipis. Sekolah dan perguruan tinggi menjadi sarana yang tepat untuk lebih menyadarkan generasi muda untuk lebih peduli terhadap pemanfaatan energi alternatif. Cinta lingkungan adalah salah satu nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah/PT. Dengan, mengajak siswa/mahasiswa melakukan aplikasi pemanfaatan energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai karakter cinta lingkungan pun dapat tertanam dalam diri generasi muda.

2.    Kurangnya sosialiasi
Saat ini, hampir setiap propinsi di Indonesia telah memiliki desa mandiri energi. Namun, sejauh mana masyarakat Indonesia mengetahui keberadaan DME tersebut? Saat ini keberadaan desa mandiri energi rupanya masih sebatas untuk kepentingan warga setempat saja, belum disosialisasikan secara luas. Jika sudah disosialisasikan pun, belum ada tindak lanjut. Contohnya saya, dari ratusan desa mandiri energi yang tersebar di Indonesia, paling saya hanya bisa menyebutkan tidak lebih dari 5 DME dan yang saya ketahui hanya DME yang memanfaatkan kotoran hewan untuk biogas saja. Padahal, DME berbasis biogas ini tidak hanya dari kotoran hewan saja, tetapi dari limbah/ampas tahu, ampas kelapa dan yang lain. Ada juga desa mandiri energi mikro hidro yaitu dengan memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada saluran irigasi, air terjun, ataupun sungai yang dibendung.

Artikel Listrik Bantar Gebang, benar-benar membuat saya heran, ternyata begitu banyak hal yang luput dari perhatian kita. Pengolahan sampah menjadi listrik, dan sisanya menjadi pupuk kompos. Seharusnya, pemerintah daerah lain mampu mencontoh untuk dikembangkan di daerahnya. Bukankah di setiap daerah -kota/desa- memiliki potensi sampah yang sangat besar? Tetapi, kenapa proyek sebagus ini tidak disosialisasikan dengan gencar? Saya rasa jika pemda setempat serius bekerjasama dengan warga untuk mengembangkan energi alternatif, maka target akhir 2014 muncul 3000 DME pun dapat terwujud bahkan terlampaui.

Sebelum saya lanjutkan, siapa yang tau ini?
Sumber gambar disini




















Atau ini ,,,

Sumber gambar disini

















Ya, semuanya tau, hafal semua personilnya dan lirik lagunya, sekarang ada yang tau ini?

Sumber gambar disini

















Yang ini, semua juga sudah tau, tetapi ada yang berbeda di Tempat Pembuangan Sampah (TPA) di Bantar Gebang ini, ada listrik di TPA tersebut.

Keberadaan DME saat ini, nampaknya masih belum terlihat secara luas di tengah masyarakat. Apalagi bagi generasi muda, DME masih kalah tenar dengan Coboy Junior, Cherry Belle, JKT 48 atau Smash. Katakanlah saya yang kuper, jadi saya ketinggalan sosialisasi mengenai DME ini. Adakah yang bisa memberitahu saya bagaimana cara mengusulkan suatu desa menjadi DME? Kebetulan desa tempat nenek saya dan desa asal suami berpotensi menjadi desa mandiri energi, dengan mayoritas penduduk sebagai peternak sapi, maka kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai biogas. Langkah apa yang harus saya lakukan untuk membantu membangun desa mandiri energi? Di daerah saya juga ada Tempat Pembuangan Sampah (TPA) yang cukup besar dan cukup jauh dari pemukiman. Langkah apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah TPA di daerah saya menjadi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), seperti di Bantar Gebang?

Menurut saya, Kementrian ESDM perlu menyediakan website/call center khusus yang memberikan informasi dan melayani tanya jawab mengenai DME ini. Sehingga, warga, khususnya generasi muda yang berkeinginan memajukan desanya, dengan potensi SDA yang dimiliki, seperti peternakan, sungai, limbah tahu ataupun sampah dapat mengambil langkah. Warga atau generasi muda harus menyusun proposal kemudian diajukan ke pemda, atau hanya diam saja menunggu giliran dari pemerintah.  Ke depan mungkin desa mandiri energi bisa dijadikan tujuan karya wisata siswa/mahasiswa, sehingga membangun kepedulian generasi muda pada pemanfaatan energi alternatif.

3.    Kesiapan SDM
Hasil pengamatan saya, para generasi muda sekarang masih banyak yang memilih di zona aman. Lulus kuliah, cari kerja. Bukan menciptakan pekerjaan. Dapat dilihat di setiap event job fair tidak pernah sepi. Para generasi muda berbondong-bondong mengantri sambil membawa berkas lamaran. Ya, SDM kita belum siap jika harus bekerja diluar ruangan yang dingin, apalagi di desa. Orang kota tetap di kota, orang desa enggan balik ke desa. Alhasil, desa mandiri energi pun hanya mendapat sedikit perhatian dari mereka. Setelah melihat SDA yang ada di desa, pemerintah seharusnya juga melihat potensi SDM yang ada, para warga, terutama kaum muda dilatih dan diberdayakan semaksimal mungkin untuk mengembangkan DME di desanya sendiri ataupun di desa lainnya yang memiliki potensi SDA yang sama. Bila demikian, desa mandiri energi dapat menjadi peluang karir bagi generasi muda. Dengan keterampilan yang dimiliki generasi muda, apabila berhasil mengembangkan DME, maka ia akan dikirim untuk memberikan penyuluhan di desa lainnya untuk memunculkan DME yang lain.

Pemanfaatan energi alternatif dalam mewujudkan desa mandiri energi membutuhkan tekad yang besar dari semua pihak. Apalagi jika memilih nuklir sebagai energi alternatif maka ingat kembali ulasan dalam artikel Yang Masih Misteri di Nusantara, mengingatkan kita lagi bahwa Indonesia merupakan salah satu negeri cincin api dimana beberapa kawasan di Indonesia sangat berpotensi terjadi gempa. Oleh karena itu, perlu studi lanjut kawasan mana yang potensi gempanya minimal. Warga sekitar juga harus sudah dibekali dengan mitigasi bencana jika suatu hal yang tidak tidak diinginkan terjadi, sehingga bisa meminimalisir korban ataupun kerugian.

4.    Ketidakpercayaan
Dikecewakan berkali-kali, nampaknya membuat masyarakat trauma dan susah mengembalikan kepercayaan. Bencana Lapindo, mungkin masih terbayang di benak kita semua. Berapa kerugian yang dialami warga setempat dari bencana Lapindo tersebut? Langkah apa saja yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi dampak dari bencana Lapindo? Apakah cukup ganti rugi yang diberikan kepada korban dari perusahaan terkait? Sebagian besar masyarakat menilai bahwa belum ada perhatian khusus dari pemerintah untuk korban. Penanganan bencana belum tuntas, namun, beritanya lambat laun menghilang seiring merebaknya berita korupsi di TV maupun koran.

Berita kebocoran nuklir di Fukushima, Jepang, 2011 lalu rupanya masih hangat di telinga kita. Maklum saja, jika rencana pembangunan PLTN di beberapa daerah masih mengalami pro dan kontra dan semakin menambah ketidakpercayaan masyarakat mengenai kesiapan dalam pengembangan energi alternatif ini. Meski saya tahu manfaat energi nuklir yang begitu besar terhadap pasokan listrik nantinya, tetapi saya tetap masuk dalam kelompok kontra. Kenapa? Ngeri rasanya, bila membayangkan jika nanti terjadi gempa dan tragedi Fukushima terjadi di Indonesia, saya ragu pemerintah kita dapat dengan cepat dan tanggap mensterilkan daerah yang teradiasi dan melakukan tindakan preventif untuk mencegah kebocoran tangki nuklir. Di Jepang saja bisa bocor apalagi di Indonesia? Ya, lagi-lagi masalah ketidakpercayaan.

Itulah ulasan saya mengenai 4 K (Ketidaktahuan/keacuhan-Kurangnya sosialisasi-Kesiapan SDM-Ketidakpercayaan) yang dapat menjawab pertanyaan Mengapa Pengembangan Energi Alternatif Terkendala?  Semoga tulisan ini dapat memberikan pengalaman bagi kita semua dan semakin menumbuhkan kepedulian kita terhadap kemajuan bangsa ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Sumber:

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.




Selasa, 07 Januari 2014 0 komentar

Investasi tepat keuntungan berlipat, Indigo @Bekasi Apartment tempatnya!

Beberapa hari yang lalu saya sempet chat di Facebook dengan teman SMP saya dulu, namanya Kiran asal Jakarta. Sudah bertahun-tahun kami tak berjumpa dan dipertemukan kembali di dunia perFACEBOOKan. Lulus SMP tahun 2002, udah ga contact2n lagi sampai akhir 2013 ketemu di FB. Jadinya, heboh deh, chating sambil ketawa-ketiwi sendiri. Ya, reunian emak-emak. 11 tahun ga ketemu, pas ketemu udah jadi emak-emak. Kiran anaknya udah 2, yang pertama udah 4 tahun, dan yang kedua baru lahir Agustus 2013 kemarin.

Biasalah emak-emak kalau ketemu (apalagi udah bertahun-tahun ga ketemu) ada aja yang diomongin. Maklum bahan omongannya banyak banget, 11 tahun ciinn, ibarat uang receh sehari nabung 5 koin aja,kalau 11 tahun, segambreeeng!! Cerita macem-macem deh, dari : anak berapa?, suami orang mana? suaminya kerja dimana?, sekarang sibuk apa? kerja juga apa di rumah? tinggal dimana? udah punya rumah sendiri? Yah, begitulah obrolan emak-emak! Dari obrolan saya dengan Kiran saya tahu sekarang ini dia sedang mengalami kebingungan tingkat dewa. Lebih tepatnya ‘Kontroversi Hati’.

Untungnya ga sampe menyebabkan konspirasi kemakmuran. Hehehe. Kok gitu? Gimana ceritanya? Perjalanan hidup Kiran dan saya memiliki -sedikit- persamaan. Yaitu, ketika awal membangun rumah tangga kami masih numpang tinggal di rumah orang tua, saya di rumah mama saya, dan Kiran di rumah mertuanya. Sebenarnya, saya dan suami sudah punya rumah sendiri, tetapi karena sebulan setelah menikah, dua garis ‘unyi-unyu’ itu datang. Saya hamil, jadi saya dan suami memutuskan untuk tetap tinggal bersama orang tua dulu, sampai nanti melahirkan. Walau akhirnya, baru pindah setelah si kecil 18 bulan. Nah, kalau Kiran sudah punya mobil dulu, jadi belum punya rumah sendiri. Bedanya di situ, sama-sama investasi, saya memilih rumah dan Kiran memilih mobil.

Pasalnya pekerjaan Kiran (sewaktu masih bekerja) dan suaminya dulu masih ‘nomaden’ (berpindah-pindah), jadi Kiran pilih mobil dulu. Nah, sekarang, Kiran sudah punya 2 anak, dia memutuskan untuk tinggal di rumah. Lama, tinggal di rumah mertuanya Kiran merasa tak enak hati. Selama ini, dia tidak pernah berselisih paham dengan mertuanya, semuanya berjalan baik-baik saja. Dia hanya tidak mau merepotkan mertuanya. Ya, Kiran dan suaminya ingin hidup lebih mandiri lagi. Persoalannya sekarang dia bingung, begitu banyak tawaran investasi properti. Katanya dia sudah pernah mengunjungi beberapa perumahan di daerah Bekasi (karena sudah jenuh di Jakarta), tetapi belum sreg di hatinya. Katanya dia tidak begitu cocok dengan lingkungan di sekitar perumahan.

Saya ingat, sebelumnya saya pernah menulis tentang Prioritas Land, yang punya proyek di Bekasi juga. ‘Kenapa ga apartemen aja?’ tanya saya. Kiran sebenarnya juga pengen lihat-lihat apartemen di Bekasi, tetapi kesibukannya mengurus 2 buah hatinya, menjadikannya selalu menunda keinginanya. Saya pun memberikan link tulisan blog saya tentang Prioritas Land: Precious investment for best future. Kiran pun tertarik, ‘Infoin lanjut dong yang Indigo @Bekasi Apartment sama gambar-gambarnya juga ya?!’ Di postingan saya sebelumnya, sekilas saya sudah mengenalkan Indigo @Bekasi Apartment. Saya sangat mendukung ketika Kiran berkeinginan untuk investasi properti di Bekasi.

Mengapa harus di Bekasi?
Bekasi adalah area yang berkembang pesat, dengan populasi mencapai 2,5 juta jiwa, akan membawa peluang bisnis untuk perdagangan dan usaha. Bekasi menjadi salah satu kawasan yang dinamis dan menjadi tujuan bisnis. Victor Irawan Komisioner Prioritas Land, pengembang properti, mengatakan di Bekasi saat ini bermunculan pusat bisnis dan ritel, yang mendorong kota ini menjadi daerah berkembang atau sunrise. Faktor ini yang menjadi daya tarik investor properti. Kota Bekasi dinilai investor sebagai kota mandiri baru di timur Jakarta, yang berfungsi sebagai penyanggah Jakarta.
  

Sumber gambar disini

Indigo @Bekasi Apartment yang mempunyai jargon New Living ICON ini, sangat memanjakan para investor/customernya dengan berbagai kelebihan, fasilitas dan kemudahannya di dalamnya.






















I = IDEAL LOCATION
Sumber gambar disini

       







      


- Terletak di daerah yang sangat strategis. Dilalui jalan tol jakarta-cikampek, dengan 4 gerbang tol akses ke kota bekasi, yaitu pondok gede barat, pondok gede timur, bekasi barat, bekasi timur serta jalan tol lingkar luar jakarta diantaranya: jatiwarna, jati asih, kalimalang dan bintaro

- 10 menit dari Exit Tol (1,7 km)5 menit dari Pusat Perbelanjaan – Mall Metropolitan, Bekasi Square, Mega Bekasi, Lotte Mart

 Dikeliling perumahan padat penduduk (Kemang Pratama, Grand Galaxy, Summarecon Bekasi)

-       Dekat sekolah dan perguruan tinggi

Sumber gambar disini
















- Dekat pusat perbelanjaan atau mall

Sumber gambar disini















- Dekat area perkantoran

Sumber gambar disini


















- Fasilitas sekitar
Sumber gambar disini














- Jalan lebar
Sumber gambar disini














C = CREATIVE DESIGN
-       Indigo @bekasi apartment didesain oleh arsitek ternama. MEGATIKA International berdiri sejak tahun 1992, Sudah mendesign puluhan high rise apartment, hotel, office, mal, dan multiuse development.
Sumber gambar disini
    - Megatika menjadi 10 top architects BCI Asia Awards 2013. BCI Award adalah penghargaan yang sangat didambakan di industri building dan design di Asia. Jadi, tidak perlu lagi meragukan kualitas dan kemegahan dari Indigo @bekasi apartment.
Sumber gambar disini

-   Indigo @ Bekasi terdiri dari 4 Tower Residential Complex dan memiliki fasilitas pendukung diantaranya:


1.Supermarket
2.Fitness centre

3.Lapangan Basket

4.Swimming Pool

5.Sky Terrace

6.Children Playground

7.Security 24 Hours

8.Toko-toko







Lebih dekat dengan fasilitas Indigo @Bekasi apartment:

- Sky terrace














Wow, cuma ada di Indigo nih, bersantai ria dengan keluarga tercinta di teras langit. Ngeri juga sih. Keren ya idenya, menghadirkan teras, dengan kesejukan pohon asli, di tepi gedung berasa menggapai langit. Mauuuu,,,

- Swimming pool















Buat yang hobi renang bisa renang disini, dijamin bakalan masuk angin, soalnya betah ga mau keluar dari kolam renang. Hehe,, kolam renangnya keren abis.

O = OPTIMAL RETURN
















Investasi pada bidang properti pasti akan sangat menguntungkan dibandingkan dengan investasi pada bidang lain (emas, saham, valas, dll) Indigo @ bekasi akan memberikan value return sebesar 70% sampai 100% dalam jangka waktu 4 tahun perhitungan ini dilakukan berdasarkan analisa pertumbuhan ekonomi dan perkembangan bisnis di bekasi. Woww, masih ragu? Jangan kelamaan mikir ya, begitu ada dana lebih investasikan saja di Indigo @Bekasi Apartment!

N = NICE & EASY PAYMENT















Indigo @ bekasi memeberikan cara pembayaran yang sangat baik dan ringan bagi para customer terdapat 6 opsi pembayaran:
1. Tanpa DP, Angsuran 60x Angsuran Mulai Rp 9 Juta-an
2. Libur Bayar, DP 50%, Sisa di Tahun ke 4 DP Rp 200 Juta-an
3. Angsuran Ringan, DP 50% Sisa diangsur 36x DP Rp 200 Juta-an, Angsuran RP 5 Juta-an
4. DP Ringan, DP 30% Sisa diangsur 24x DP Rp 110 Juta-an, Angsuran Rp 10 Juta-an
5. Tunai, Hanya Rp 290 Juta-an
6. Bayar Setengah Langsung Lunas, Hanya Rp 160 Juta-an Rental Guarantee 8 Tahun diambil di muka. Termasuk Furniture                                                                               


Pilihan Tipe Unit Indigo @Bekasi Apartment














Indigo @Bekasi Apartment menawarkan berbagai pilihan tipe yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan budget di kantong, seperti:

1.    Tipe Snow  (Studio) 




2.    Tipe Ice - 1 kamar tidur




























3.    Tipe Zen - 2 kamar tidur


























4.    Tipe Elsevier - 3 kamar tidur
















Bagi yang masih single tipe snow dan tipe ice bisa menjadi pilihan. Bagi keluarga kecil bisa memilih tipe zen atau tipe elsevier. ^_^

Masih kurang infonya? Tenang aja, masih ada info lainnya kok. Udah ga ragu lagi dong sama pengembangnya, yang masih ragu bisa baca tulisan saya sebelumnya.

Banding harga
Masih mau banding-banding harga dengan tetangga sebelah? Berikut daftar harga perumahan di sekitar Indigo @Bekasi Apartment:














Nah, bagaimana dengan harga yang ditawarkan Indigo @Bekasi Apartment? Terjangkau bukan? Apalagi Indigo @Bekasi Apartment menawarkan 6 pilihan cara pembayaran, tentunya sangat memudahkan dan fleksibel dengan kebutuhan investor. Rumput tetangga belum tentu lebih hijau loh!

Biar tambah mantab, perlu diketahui perjalanan panjang dari Prioritas Land Indonesia. Perjalanan Prioritas Land Indonesia dimulai tahun 2010 sampai nanti 2016 diperkirakan semua proyeknya selesai dan mungkin ada lagi. Saya yakin Prioritas Land Indonesia akan terus berkembang dan mengembangkan sayapnya di dunia properti, semoga sampai kota saya juga-ngarep.com.

Napak tilas Prioritas Land Indonesia
















Keren ya! Bisa dibilang di usianya yang masih belia, PrioritasLand Indonesia, sudah mengukir banyak prestasi. Proyeknya banyak banget, ada yang sudah rampung digarap, seperti Majestic PointApartment Serpong, Majestic Point Villas Bali. Proyek lainnya sedang dalam tahap pengerjaan dan pengembangan, seperti MajesticWater Village Uluwatu, Indigo @Bekasi Apartment. Anda kepincut? Sama saya juga! Investasi tepat keuntungan berlipat, Indigo @Bekasi Apartment tempatnya.




Sumber :
Diberdayakan oleh Blogger.
 
;