Senin, 13 Agustus 2018

Sahabat Keluarga: Dampingi Pendidikan Anak Generasi Z


Generasi Z, sebutan untuk adik generasi milenial, generasi yang lahir pada tahun 1995 dan seterusnya. Generasi yang saat ini harus kita dampingi pendidikannya agar menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. Keluarga tentu menjadi gerbang pendidikan pertama dan utama bagi generasi Z selain pendidikan formal di sekolah. Keluarga sudah semestinya menjadi tempat berkumpul yang hangat bagi setiap anggota keluarga setelah seharian beraktivitas di luar rumah, tempat mendidik anak untuk membentuk karakter anak.

Dalam salah satu tema pembelajaran di Sekolah Dasar, diajarkan tanggungjawab dan hak masing-masing anggota keluarga, apa yang harus dilakukan ayah, ibu dan anak-anak. Namun, praktiknya terkadang orang tua cenderung tidak sabar ketika anak menyelesaikan tanggungjawabnya. Misalnya, anak memiliki tanggungjawab mencuci piring. Namun karena tidak cepat diselesaikan atau lama dan kurang bersih, orang tua memilih untuk mengambil alih dalam menyelesaikan tanggungjawabnya. Begitu seterusnya, sehingga anak tidak mengalami proses ‘susah’ dalam menyelesaikan tanggungjawabnya karena diselesaikan orang tua. Sehingga, akhirnya anak menjadi generasi yang instan dan serba mudah. Tidak dipungkiri generasi Z bisa dikatakan juga sebagai generasi instan, karena gadget, semua informasi apa pun ada digenggamannya, namun anak tetap harus melalui sebuah 'proses' kehidupan.

Orang tua jaman now harus melek gadget, untuk memantau pemanfaatan gadget generasi Z.  Orang tua tidak bisa lagi memakai cara jadul dengan melarang anak cukup usia untuk tidak memanfaatkan gadget karena mereka memang hidup di era digital. Orang tua harus tau dan mau belajar media informasi yang digunakan anak. Anak pakai whatsapp, orang tua harus bisa, membuat grup WA keluarga dapat membantu orang tua memantau kabar anak. Berteman dengan anak di sosial media seperti Facebook atau instagram, dapat membantu orang tua dalam memantau kegiatan anak, orang tua dapat mengetahui siapa saja temannya, bahkan dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan anak dengan melihat status yang ditulisnya. Ya, orang tua sekarang dituntut untuk ikut menyelami dunia mereka sehingga dapat mendampingi pendidikannya.

Pendidikan budi pekerti, budaya sopan santun harus terus dibiasakan orang tua sejak dini dalam segala hal, sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitar maupun di media sosial.  Di rumah dan di lingkungan sekitar anak dibiasakan untuk bertutur kata yang santun dengan orang yang lebih tua maupun dengan teman sebayanya, sehingga di sekolah anak juga akan berlaku santun dengan guru dan temannya. Jika sudah demikian, tidak akan ada lagi kasus siswa memukul atau memaki gurunya atau bullying di sekolah karena siswa sudah dibiasakan santun di lingkungan keluarga. Sebaliknya, pembiasaan baik di sekolah pun perlu penguatan dari orang tua. Jadwal piket di sekolah dapat juga diterapkan dalam pengaturan tanggungjawab pekerjaan rumah. Seperti yang tertulis dalam salah satu artikel dalam laman sahabat keluarga bahwa dibutuhkan 3R untuk kemitraan sekolah dengan orangtua yakni Respect atau rasa hormat, Responsibility atau tanggung jawab, dan Relationship atau hubungan. Selengkapnya baca disini.

Dalam mendidik anak, butuh kesabaran ekstra karena hasilnya tidak dapat dilihat dalam hitungan hari. Cerita keluarga hebat dalam laman Sahabat Keluarga, menunjukkan perjuangan orang tua yang dikaruniai anak berkebutuhan khusus dalam mengasuh dan mendidik anaknya menjadi pengingat bagi orang tua dengan anak normal lebih sabar dalam menahan marah dalam mengasuh dan mendidik anak. Salah satunya cerita Effendi-Tasmaniar Antar Putranya yangLumpuh Tempuh S3 di Australia.

Pewujudan peran keluarga dalam penyelenggaraan pendidikan di era kekinian khususnya untuk generasi Z perlu kerjasama dari berbagai pihak. Sudah banyak konten parenting di media sosial, tetapi tidak semua orang tua update ilmu parenting di media sosial.  Orang tua generasi Z perlu didampingi dan terus diingatkan dalam mendidik putra-putrinya. Dalam laman https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php  tersedia berbagai informasi mengenai berbagai artikel, kegiatan, dan diskusi pendidikan maupun parenting untuk usia dini, usia SD, usia SMA/SMK, dan lintas usia yang dapat mendampingi orang tua dalam mendidik anak. Misalnya, pada link PUSTAKAorangtua dapat mengakses berbagai sumber bacaan, seperti manfaat deteksi dini tumbuh kembang anak, mengasah kecerdasan di tiap usia, mindfull parenting, dan sebagainya.

Lalu, hal apa yang bisa kita lakukan dalam penyelenggaraan pendidikan di era kekinian? Yang bisa kita lakukan adalah menjadi SAHABAT KELUARGA …

SAyangi setiap anggota keluarga, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini berarti kita sebagai orang tua akan lebih sabar dalam melihat ‘proses’ anak dalam menyelesaikan tanggungjawabnya. Ada anak yang cukup sekali diberitahu dia sudah bisa melakukan, tetapi ada anak yang butuh arahan berulang kali mencapai ‘goals’nya. Membiarkan anak sementara dalam kesusahan, akan membantu anak lebih mandiri kedepannya.

HAdirkan fenomena atau kejadian yang sedang viral. Misalnya, aplikasi tik-tok, yang banyak dipakai remaja untuk berekspresi. Lalu jadikan fenomena atau kejadian itu sebagai bahan diskusi dengan anak. Minta pendapat anak bagaimana menurutnya aplikasi tersebut, dan berikan saran atau pendapat yang dapat membuat anak berpikir mengenai kegiatan yang positif dan bermanfaat. Orang tua juga dapat mengajak anak untuk studi kasus dari fenomena sosial atau yang sedang ‘in’, misalnya kasus bullying yang dialami siswa di suatu sekolah menyebabkan siswa tersebut sakit atau celaka, orang tua bertukar informasi dengan anak, apakah di kelasnya ada teman yang suka membully atau menjadi korban bullying, sehingga secara tidak langsung orang tua mengetahui dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kelas anak dan kedewasaan anak dalam menanggapi suatu masalah.

BAwa anak ke tempat anak-anak yang kurang beruntung dari dirinya. Bisa mengunjungi panti asuhan atau membawa anak ke komunitas anak jalanan, agar anak merasa bahwa dirinya jauh lebih beruntung dari anak-anak di panti asuhan atau anak jalanan. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berbagi kepada anak-anak yang kurang beruntung darinya dapat membuat anak dapat lebih bersyukur dengan dirinya dan keluarganya. Adapun manfaat berbagi pada anak dapat dibaca disini.

Tidak membandingkan anak dengan anak yang lain. “Si ini sudah bisa itu, kok kakak malah belum” atau sebaliknya, kalimat yang seringkali secara tidak sadar terucap ketika salah satu anak mampu menyelesaikan pekerjaannya lebih dulu. Orang tua merasa dengan membandingkan anak dengan anak lain dapat membangun jiwa kompetisi anak sehingga anak tertantang dalam menyelasaikan suatu hal, namun beberapa penelitian menunjukkan bahaya atau efek negetif yang ditimbulkan dari membandingkan anak, seperti anak menjadi tidak percaya diri, mudah iri, stress, bahkan tidak menutup kemungkinan anak akan menjauhi orang tua karena merasa tidak dihargai.

KEnali karakter masing-masing anggota keluarga. Orang tua harus mengenal karakter masing-masing anak. Ada anak yang introvert, ada anak yang extrovert, atau keduanya ambievert, sehingga orang tua mengetahui perlakuan yang tepat dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua juga perlu mengamti karakter orang atau teman-teman di lingkungan sekitar anak karena karakter di lingkungan anak juga dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak.

LUAngkan waktu untuk keluarga. Gerakan 1821 adalah salah satu gerakan yang tepat dalam mendampingi pendidikan anak jaman sekarang. Puasa gadget selama 3 jam, mulai jam 18.00 s.d 21.00 melakukan 3B (Bermain, Belajar, dan Bicara). Selain itu, bagi orang tua yang bekerja, akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk meluangkan waktu bersama anak-anak. Orang tua dapat melakukan aktivitas bersama dengan anak, ayah dapat mengajak anak mencuci mobil, memasak bersama, berkebun atau berolahraga bersama, sambil bercerita kegiatan di sekolah. Membiasakan anak bercerita tentang kegiatannya di sekolah, dapat membuat anak terbuka dan terbiasa mengungkapkan perasaannya kepada orang tua, sehingga orang tua mudah mengenali anak.

Mendanpingi anak bermain
        Rancang proyek bersama keluarga. Orang tua dapat menawarkan proyek kepada anak atau membuat kesepakatan proyek yang akan dikerjakan, misalnya anak meminta celengan, dapat dijadikan sebagai proyek untuk membuat celengan dari kaleng biskuit bekas atau membuat mainan atau hiasan dari kardus bekas, atau membuat lukisan bersama. Guru di sekolah mungkin memberikan PR membuat kerajian tangan atau tugas yang harus diselesaikan di sekolah, hal ini juga dapat dijadikan sarana bagi orang tua untuk bekerjasama dalam mendampingi anak menyelesaikan tugas.

GAlakkan gerakan literasi. Orang tua mendampingi pendidikan anak sekaligus mendukung program gerakan literasi nasional, baik literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya dan kewargaan. Membacakan anak cerita atau dongeng sebelum tidur merupakan gerakan literasi sederhana di lingkungan keluarga, mengajak anak menabung di bank dapat membuat anak melek info tentang angka dan keuangan. Mendampingi anak dalam menggunakan gadgetnya dapat menghindari penyimpangan atau perilaku negatif dari berbagai konten yang ada di media sosial serta meminimalisir penyebaran berita hoaxMengajak anak ke situs budaya dan museum, serta mengajak anak melakukan percobaan sains sederhana adalah contoh kegiatan literasi yang dapat dilakukan bersama keluarga. 

Melakukan percobaan sains sederhana

Sahabat keluarga sayangi anggota keluarga
Sahabat keluarga motivasi anggota keluarga
Sahabat keluarga bukan sekedar gengsi
Sahabat keluarga beri kasih bukan imajinasi

#sahabatkeluarga
#selfreminder

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
 
;