Minggu, 06 April 2014 0 komentar

Caleg perempuan: Saatnya beraksi ga cuma obral janji!

Menghitung hari…detik demi detik
Menunggu 9 April tuk tentukan pilihan…


Pemilu Legislatif (Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD) 9 April 2014 nanti sudah di depan mata, saatnya ikut bertanggung jawab atas kemajuan Indonesia di masa yang akan datang. Beberapa spanduk, baliho, stiker berisi nama, partai, nomor urut para calon legislatif sudah lama menghiasi jalan-jalan di perkotaan sampai pedesaan. Tak jarang foto para perempuan cantik dengan berbagai tampilan pun turut bertengger di barisan spanduk dan baliho para caleg. Ada yang masih muda dengan banyak gelar di belakang namanya, ada yang separuh baya tampak sangat keibuan dan bersahaja, dan ada yang tampak tua tapi masih sangat bersemangat. Hal itu tentu membuat saya sebagai sesama kaum perempuan merasa bangga dan takjub. Seleksi bertahap yang dilalui para caleg perempuan memberikan bukti awal bahwa para caleg perempuan ini mampu bersaing dengan caleg laki-laki. Saya pun berharap para caleg perempuan yang berhasil mendapatkan kursinya nanti dapat beraksi, memberi bukti, bukan hanya obral janji!

Selain bukti awal dari para caleg perempuan yang mampu bersaing dengan caleg lainnya, alasan lain “Kenapa pilih caleg perempuan?” yaitu:

Pertama, karena caleg perempuan adalah Kartini masa kini. Habis gelap terbitlah terang. Kerinduan yang mendalam terhadap perjuangan Kartini maupun pahlawan perempuan lainnya, tentu membuat kita rindu akan sosok Kartini masa kini. Sosok perempuan yang benar-benar mampu menyuarakan suara hati perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya. Perempuan yang mampu mengangkat keterpurukan perempuan Indonesia saat ini. Meski kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sudah lama didengungkan, namun tak sedikit perempuan yang masih terbelenggu dengan masalah pendidikan, pekerjaan, maupun rumah tangga.

Di bidang pendidikan, tak sedikit perempuan yang masih punya pemikiran bahwa tak seharusnya mereka mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi, toh nantinya jika sudah menikah mereka akan tinggal di rumah saja mengurus keluarga. Padahal, pendidikan bagi perempuan tidak hanya penting dalam pengembangan karier saja, tetapi juga penting untuk keluarga terutama anak-anaknya kelak. Dalam rumah tangga, pendidikan juga penting bagi perempuan untuk mendidik dan membentuk karakter anak-anaknya. Dengan pendidikan yang tinggi, perempuan dapat bekerja sehingga dapat memberi kontribusi dalam perekonomian keluarga.

Jika berhasil mendapatkan kursinya nanti, caleg perempuan memiliki kesempatan lebih untuk menyuarakan suara perempuan, membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi kaum perempuan. Caleg perempuan juga dapat memperjuangkan hak-hak wanita yang bekerja, seperti cuti hamil dan melahirkan agar si bayi (anak) juga mendapatkan haknya untuk mendapatkan ASI eksklusif yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Caleg perempuan juga dapat bekerjasama dengan ibu-ibu PKK di daerahnya untuk mengembangkan daerah/kotanya menjadi kota layak anak yang cinta damai dan jauh dari masalah KDRT.

Kedua, caleg perempuan adalah sarana pembersihan citra buruk perempuan. Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga. Paribahasa tersebut, rasanya pas untuk menggambarkan citra perempuan Indonesia sekarang ini. Meski tidak semua citra buruk perempuan disebabkan karena masalah korupsi, namun kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa kaum perempuan yang memiliki jabatan penting di beberapa instansi dan parlemen membuat kita tentu merasa kecewa dan prihatin. Misalnya saja, pemberitaan kasus korupsi Angelina Sondakh dan Miranda Gultom yang sempat berhari-hari selalu menghiasi TV maupun media cetak. 

Saya pun bertanya dalam hati kenapa para perempuan yang seharusnya menjadi panutan bagi anak-anak mereka malah melakukan korupsi baik yang langsung ataupun tidak langsung karena membiarkan suami melakukan korupsi, entah benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Jika, sebagai pelaku korupsi langsung seharusnya perempuan lebih menggunakan perasaannya dan memikirkan efek yang ditimbulkan dari perbuatannya, bagaimana dengan keluarga dan anak-anaknya nanti? Jika suaminya yang terlibat, mengapa sebagai istri tidak mencegah dan mengingatkan suaminya dari awal untuk tidak melakukan tindakan korupsi? Bukankah nantinya juga akan berimbas pada dirinya, anak, serta keluarganya?

Sebenarnya banyak juga wanita yang memiliki jabatan penting dalam pemerintahan yang benar-benar mengemban tugasnya dengan baik. Sebut saja, Bu Risma, walikota Surabaya yang di daulat sebagai walikota terbaik di dunia. Perempuan yang menjalankan amanat yang diterimanya dengan sebaik-baiknya. Perempuan yang takut manakala ada warganya yang terlantar karena menurut beliau semua akan dimintai pertanggungjawaban di mata Tuhan. Jika semua pemimpin memiliki sikap dan idealisme seperti beliau, saya yakin kehidupan warga Indonesia pun semakin baik. Tidak ada lagi jurang pemisah yang begitu curam antara si kaya dan si miskin, tindak kejahatan berkurang dan kasus korupsi pun padam

Menurut saya, pemilu legislatif 9 April ini menjadi momentum yang tepat bagi para caleg perempuan untuk meneruskan perjuangan Kartini, mengeluarkan perempuan dari keterpurukan dan membawanya ke puncak kejayaan, serta membersihkan citra perempuan yang tercoreng akibat perilaku perempuan itu sendiri. Tapi, jangan sampai kita salah memilih karena melihat tampilan luarnya saja. Ingat Don’t judge a book under its cover! Salam Indonesia Jaya!

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog tentang Caleg Perempuan untuk Blogger Indonesia “KENAPA PILIH CALEG PEREMPUAN. (Panjang tulisan 4847 karakter tanpa spasi atau 5637 karakter dengan spasi)

Sumber:


Diberdayakan oleh Blogger.
 
;