Saya memang termasuk penggemar film Korea, dulu
waktu masih single bisa tu sehari nonton beberapa film Korea langsung selesai
meski tak sedikit episodenya. Sampai nikah, kemudian hamil pun masih sempet
melahap habis beberapa film Korea yang sedang in. Tapi sejak punya anak, susah banget ngeluangin waktu buat
nonton film Korea. Yang udah jadi emak-emak, pasti tau dong alasannya? Sampai
sekarang anak saya sudah berusia 21 bulan (ga kerasa, tau-tau udah mau 2
tahun). Nah, berhubung si kecil udah mulai masuk PAUD jadi saya mulai curi-curi
waktu buat ‘me time’. Sore tar,
rencananya mau ke rental film. ^_^
Ternyata eh ternyata, sore itu pas jemput si
kecil di sekolah sama suami. “Ma, mampir Red B**, yuk!” Ha?! kok bisa pas
banget ya. Ternyata suami juga pengen pinjem film. Semangat deh jadinya.
Akhirnya, dapat 4 film: 2 drama, 2 action. Berhubung kami sudah punya anak,
jadi kalau pinjem film drama, paling ga yang ada anak kecilnya, bisa buat
pelajaran bagi saya dan suami tentunya.
Habis Isya, begitu si kecil bobo! Langsung deh
putar film pertama. Sebenernya film ini udah lama rilis, tapi saya aja yang cudet –karena kondisi tidak memungkinkan-, jadi
baru sempet nonton sekarang.
Judul filmya ‘Miracle in Cell No. 7’
Pemainnya:
- Yong-goo
(Ryoo Seung Ryong) seorang pria dengan redartasi mental
- Putri Yong-goo
yang berusia 6 tahun bernama Yesung (GalSo-Won)
Ceritanya:
Film ini
menceritakan Lee Yong-gu, seorang ayah yang mengalami keterbelakangan mental
yang hidup berdua dengan Ye-sung anak perempuannya yang sangat cerdas berusia
enam tahun. Kesehariannya Lee Yong-gu bekerja sebagai tukang parkir dan Ye-sung
kecil yang bersekolah sambil merawat ayahnya ini.
Berawal dari sebuah tas kuning bergambar Sailor
Moon yang dijanjikan Lee Yong-gu untuk Ye-sung. Ia berjanji akan membelikan tas
itu setelah gajian. Namun sialnya tas itu keburu dibeli seorang anak dan itu
adalah tas terakhir yang dijual. Suatu ketika saat Lee Yong-Gu menghitung uang
hasil parkiran, anak yang membeli tas itu melihat dia dan mengajaknya ke toko
lain yang menjual tas itu.
Tapi, sebuah musibah buruk terjadi dan memisahkan
Lee Yong-gu dan Ye-sung, yang kemudian mengubah kehidupan mereka. Ketika anak
yang membeli tas itu menuntun Lee Yong-gu ke toko itu, ia terpeleset jatuh dan
kepalanya tertimpa batu bata hingga anak itu tewas di tempat. Lalu Lee Yong-gu
melakukan pertolongan pertama, seorang ibu melihatnya dan melaporkan Lee Yong-gu
ke polisi. Ia terjebak dalam sebuah kasus dengan tuduhan melakukan penculikan,
kekerasan seksual, dan pembunuhan pada anak itu, yang ternyata anak seorang
komisaris polisi.
Ayah dan anak ini terpisah, Ye-sung dikirim ke
sebuah lembaga pengasuhan anak, sedangkan Lee Yong-gu dimasukkan ke sel nomor
tujuh, sel yang katanya paling kejam di penjara tersebut. Namun, akhirnya para
penjahat kelas kakap itu menjadi sahabat Lee Yong-gu.
Adegan lucunya adalah ketika para sahabat Lee
Yong-gu di penjara membantunya untuk bertemu dengan Ye-sung. Keputusan
pengadilan untuk menghukum mati Lee Yong-gu, membuat Ye-sung berusaha membuktikan
kebenaran dan membersihkan nama almarhum ayahnya di pengadilan.
Film ini benar-benar menyentuh hati saya. Sesaat
tertawa, kemudian menangis. Suami saya yang biasanya anti drama ikut nonton
juga dari awal sampai akhir, ikutan berkaca-kaca. Film ini sangat sayang untuk
dilewatkan bagi siapa pun, khususnya untuk para ayah/ calon ayah, bagaimana
seorang cacat mental berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan dan melindungi malaikat
kecilnya.
0 komentar:
Posting Komentar