Rabu, 11 Desember 2013

Miracle in Cell No. 7 : Bikin saya tertawa dan menangis

Saya memang termasuk penggemar film Korea, dulu waktu masih single bisa tu sehari nonton beberapa film Korea langsung selesai meski tak sedikit episodenya. Sampai nikah, kemudian hamil pun masih sempet melahap habis beberapa film Korea yang sedang in. Tapi sejak punya anak, susah banget ngeluangin waktu buat nonton film Korea. Yang udah jadi emak-emak, pasti tau dong alasannya? Sampai sekarang anak saya sudah berusia 21 bulan (ga kerasa, tau-tau udah mau 2 tahun). Nah, berhubung si kecil udah mulai masuk PAUD jadi saya mulai curi-curi waktu buat ‘me time’. Sore tar, rencananya mau ke rental film. ^_^
Ternyata eh ternyata, sore itu pas jemput si kecil di sekolah sama suami. “Ma, mampir Red B**, yuk!” Ha?! kok bisa pas banget ya. Ternyata suami juga pengen pinjem film. Semangat deh jadinya. Akhirnya, dapat 4 film: 2 drama, 2 action. Berhubung kami sudah punya anak, jadi kalau pinjem film drama, paling ga yang ada anak kecilnya, bisa buat pelajaran bagi saya dan suami tentunya.

Habis Isya, begitu si kecil bobo! Langsung deh putar film pertama. Sebenernya film ini udah lama rilis, tapi saya aja yang cudet –karena kondisi tidak memungkinkan-, jadi baru sempet nonton sekarang.
 
Judul filmya ‘Miracle in Cell No. 7’
Pemainnya:
-       Yong-goo (Ryoo Seung Ryong) seorang pria dengan redartasi mental

-       Putri Yong-goo yang berusia 6 tahun bernama Yesung (GalSo-Won)

Ceritanya:

Film ini menceritakan Lee Yong-gu, seorang ayah yang mengalami keterbelakangan mental yang hidup berdua dengan Ye-sung anak perempuannya yang sangat cerdas berusia enam tahun. Kesehariannya Lee Yong-gu bekerja sebagai tukang parkir dan Ye-sung kecil yang bersekolah sambil merawat ayahnya ini.

Berawal dari sebuah tas kuning bergambar Sailor Moon yang dijanjikan Lee Yong-gu untuk Ye-sung. Ia berjanji akan membelikan tas itu setelah gajian. Namun sialnya tas itu keburu dibeli seorang anak dan itu adalah tas terakhir yang dijual. Suatu ketika saat Lee Yong-Gu menghitung uang hasil parkiran, anak yang membeli tas itu melihat dia dan mengajaknya ke toko lain yang menjual tas itu.

Tapi, sebuah musibah buruk terjadi dan memisahkan Lee Yong-gu dan Ye-sung, yang kemudian mengubah kehidupan mereka. Ketika anak yang membeli tas itu menuntun Lee Yong-gu ke toko itu, ia terpeleset jatuh dan kepalanya tertimpa batu bata hingga anak itu tewas di tempat. Lalu Lee Yong-gu melakukan pertolongan pertama, seorang ibu melihatnya dan melaporkan Lee Yong-gu ke polisi. Ia terjebak dalam sebuah kasus dengan tuduhan melakukan penculikan, kekerasan seksual, dan pembunuhan pada anak itu, yang ternyata anak seorang komisaris polisi.

Ayah dan anak ini terpisah, Ye-sung dikirim ke sebuah lembaga pengasuhan anak, sedangkan Lee Yong-gu dimasukkan ke sel nomor tujuh, sel yang katanya paling kejam di penjara tersebut. Namun, akhirnya para penjahat kelas kakap itu menjadi sahabat Lee Yong-gu.

Adegan lucunya adalah ketika para sahabat Lee Yong-gu di penjara membantunya untuk bertemu dengan Ye-sung. Keputusan pengadilan untuk menghukum mati Lee Yong-gu, membuat Ye-sung berusaha membuktikan kebenaran dan membersihkan nama almarhum ayahnya di pengadilan.

Film ini benar-benar menyentuh hati saya. Sesaat tertawa, kemudian menangis. Suami saya yang biasanya anti drama ikut nonton juga dari awal sampai akhir, ikutan berkaca-kaca. Film ini sangat sayang untuk dilewatkan bagi siapa pun, khususnya untuk para ayah/ calon ayah, bagaimana seorang cacat mental berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan dan melindungi malaikat kecilnya.



0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
 
;